« »

Selasa, 11 Oktober 2011

APLIKASI SECOND LIFE - 3D VIRTUAL MEETING PADA GROUP DECISION SUPPORTING SYSTEM

APLIKASI SECOND LIFE - 3D VIRTUAL MEETING PADA GROUP DECISION SUPPORTING SYSTEM




















1. REVOLUSI GROUP DECISION SUPPORTING SYSTEM DI DUNIA BISNIS

Tahukah Anda bahwasanya, high level managers bisa menghabiskan 80% dari waktu kerjanya untuk membuat keputusan di dalam group. Pertemuan beberapa manajer memakan biaya hingga US $ 1000 per jam. Nilai ini menjadi masalah bila dikalikan dengan jumlah rapat yang diselenggarakan oleh perusahaan misalnya lebih dari 11 juta pertemuan resmi per hari di Amerika Serikat .(Panko, 2008).
Banyak keputusan besar organisasi yang dibuat oleh kelompok (group). Sayangnya, mengumpulkan suatu kelompok secara bersama-sama dalam suatu tempat pada suatu waktu adalah pekerjaan yang sulit dan mahal, apalagi untuk perusahaan MNC. Aplikasi GDSS yang tepat dapat mengurangi biaya dan waktu; menghilangkan batasan geografis serta mempercepat pengambilan keputusan . GDSS menyediakan hardware, software, databases serta prosedur yang efektif dan efisien dalam pengambilan keputusan. GDSS memberikan dukungan pada pemecahan masalah dengan menyediakan suatu pengaturan yang mendukung komunikasi bagi anggota yang tergabung dalam kelompok . Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat batasan itu menjadi teratasi,, seperti e-mail, Video Chatting, Telkom teleconference. Dan, salah satu teknologi yang mutahir tahun 2011 adalah Second Life- 3D virtual meeting .

2. SECOND LIFE : SAATNYA AVATAR BERAKSI DALAM 3D VIRTUAL MEETING
Virtual meeting adalah rapat secara virtual dimana masing-masing anggota rapat tidak harus bertatap muka dalam suatu ruangan rapat tetapi dapat digantikan second life berupa avatar dari setiap eksekutif perusahaan. Pada aplikasi virtual meeting ini, dibuat sebuah website dimana pada halaman awal peserta rapat melakukan authentifikasi dengan memasukkan username, password. Setelah user berhasil login maka user dapat melakukan beberapa akses antara lain streaming, chatting, whiteboard dan PPT online.
Perusahaan dapat melakukan outsourcing dalam hal fasilitator meeting ini. Group Support system yang terkenal adalah The Alpine Executive Center dan Advanced Meeting Venue . Teknologi ini terbilang sangat baru dan canggih, telah diterapkan di Switzerland, Hongkong dan San Fransisco.
Avatar yang ada , dapat mewakili manajer dalam sebuah pertemuan yang virtual di dunia maya. Teknologi 3D ini dilengkapi dengan ekspresi wajah yang maksimal, presentasi bahan meeting yang imajinatif, dan suara yang jernih. Teknologi ini wujud imajinasi luar biasa yang telah terealisir.
Alpine Executive Center yang terletak di Pulau Meeting Support dalam SecondLife telah dikembangkan dengan GDSS yang imajinatif. Dalam sebuah desa ski alpine, dikelilingi oleh salju yang tertutup gunung ,terletak sebuah fasilitas pertemuan dimana kegiatan real dunia berlangsung dalam lingkungan virtual. Sebuah auditorium mendukung kelompok-kelompok besar di pleno untuk presentasi dan moderator diskusi. Sejumlah fasilitas tambahan ada untuk mendukung kelompok-kelompok. Bukan itu saja, program ini juga menghadirkan rekreasi virtual, sehingga avatar antar peserta rapat dapat berkomunikasi. Lebih dari 2500 pengunjung setiap bulannya mengadakan meeting, eksplorasi, sosialisasi dan menikmati pemandangan . The Alpine Executive Center telah menjadi fasilitator GDSS berbasis second life yang terkenal di Benua Eropa.
3. PLUS MINUS 3D VIRTUAL MEETING
Teknologi GDSS yang canggih ini akan dapat menjadi alternatif dalam membuat sebuah keputusan di negara Indonesia di masa depan. Proses pembelajaran hanya 60 detik, tidak ada fasilitas hardware yang khusus, distribusi kolaborasi tim yang solid dan suasana meeting yang real, merupakan competitive advantage atas teknologi. Perusahaan dapat menghemat biaya transportasi pesawat, penginapan, konsumsi dan waktu para pengambil keputusan.
Tetapi , menurut pandangan penulis, program ini masih memiliki berbagai resiko yaitu resiko pertemuan yang batal karena misscommunication jadwal, ketergantungan yang tinggi terhadap listrik dan internet, biaya yang masih mahal dan jaminan kerahasiaan ( informasi strategis ) users yang belum ada .Second Life-3D virtual meeting , merupakan alternatif GDSS yang high technology.
“It’s a mistake to think of the virtual world as something abstract and separate.”

Cara Mudah Mengingat Debit dan Kredit [Video]

Cara Mudah Mengingat Debit dan Kredit [Video]

Cara Mudah Mengingat Debit dan Kredit
Untuk dapat memahami Akuntansi, pertama-tama dan hal yang paling dasar perlu dikuasai adalah ‘Persamaan Akuntansi’—yang kadang disebut ‘debit dan kredit’. Tentu. Tidak sesulit memahami persamaan-persamaan dalam Aljabar. Tetapi, tetap saja bukan sesuatu yang bisa langsung diingat begitu membacanya.
Setiap Akuntan pasti pernah mengalami kesulitan untuk mengingat debit dan kredit di awal-awal, terutama sekali pada saat berstataus mahasiswa. Video yang dibuat oleh StudentKnow ini menunjukan bagaimana caranya mengingat debit dan kredit dengan menggunakan metode yang unik sehingga mudah untuk diingat.
Debit dan kredit memang sangat penting dan wajib untuk dihafal. Tetapi jangan khawatir, seiring waktu (mengikuti pengalaman), debit dan kredit akan muncul dengan sendirinya di kepala—tanpa perlu diingat atau dihafal.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=onq8AfjxjRo&rel=0]
Para senior pastinya punya cara sendiri-sendiri untuk dapat mengingat debit dan kredit. Cara seperti apa yang dulu anda gunakan untuk bisa mengingat debit dan kredit dengan mudah?

Elemen Dasar Posisi Keuangan dan Persamaan Akuntansi

Elemen Dasar Posisi Keuangan dan Persamaan Akuntansi

Elemen Dasar Posisi Keuangan dan Persamaan Akuntansi
Pemahaman tentang prinsip-prinsip pembukuan dan akuntansi sangat penting bagi siapa saja yang tertarik untuk berkarir di bidang Akuntansi dan Keuangan—termasuk para pelaku pebisnis. Pada dasarnya, tujuan pembukuan dan akuntansi tiada lain untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan suatu usaha atau bisnis. Informasi posisi keuangan sangat dibutuhkan oleh pemilik, manajer, kreditur, termasuk lembaga pemerintah (Ditjen Pajak, Bea Cukai dan lembaga pemerintah lainnya).
Seseorang yang melakukan aktifitas pencatatan atau perekaman transaksi-transaksi dalam suatu usaha di Indonesia disebut sebagai Pegawai Pembukuan (kadang hanya disebut Pegawai Akunting), atau Bookkeeper dalam bahasa Inggris. Sedangkan untuk proses mengklasifikasikan dan meringkas transaksi bisnis dan menafsirkan efek-efeknya biasanya dilakukan oleh seorang Akuntan. Sehingga secara ringkas bisa dikatakan bahwa proses pencatatannya dilakukan oleh seorang pegawai Pembukuan, sedangkan interpretasinya dilakukan oleh seorang Akuntan.

Elemen Dasar Posisi Keuangan dan Persamaan Dasar Akuntansi

Kondisi (posisi) keuangan perusahaan—dalam Akuntansi populer disebut Neraca–ditunjukan dalam sebuah formula (rumus) yang disebut dengan Persamaan Akuntansi. Formula ini tiada lain merupakan hubungan saling terkait antara: Aktiva (Asset) dengan Kewajiban (Liability) dan Modal (Capital):
Aset (Asset) – Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan ditunjukan dalam nilai uang tertentu (karena memang memiliki nilai uang)—misalnya: Kas (Cash), Persediaan (Inventory), Gedung (Building), dan Peralatan (Equipment).
Kewajiban (Liability) – Jumlah utang kepada lihak luar—misalnya: surat hutang, hutang, hutang obligasi.
Modal (Capital) – Kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan yang ditunjukan dengan cara menyetor uang atau bentuk kekayaan lain. Modal juga biasa disebut dengan Ekuitas Pemilik (Owner Equity).
Sekalilagi, ketiga elemen dasar ini terkait satu sama lainnya dalam sebuah hubungan yang disebut Persamaan Akuntansi. Persamaan ini menyatakan kesamaan aset di satu sisi dengan klaim para kreditur dan pemilik di sisi lainnya. Dalam bentuk formula menjadi:
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Untuk diingat: Persamaan akuntansi Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik harus seimbang setelah setiap transaksi.
Contoh:
Selama bulan Januari, Bapak Bondan, seorang Pengacara:
1. Menginvestasikan Rp 5.000.000 untuk membuka praktek hukum-Nya.
2. Membeli perlengkapan kantor secara kredit pada sebesar Rp 500.000
3. Menerima uang tunai sebesar Rp 2.000.000 dari klien.
4. Mengeluarkan uang tunai untuk membayar hutang sebesar Rp 100.000
5. Menarik uang sebesar Rp 500.000 untuk penggunaan pribadi.
Transaksi ini dapat dianalisa dan dicatat sebagai berikut:
Aktiva                     =  Kewajiban                + Modal
1. Kas                                                                 Pak Bondan, Modal1.
+ $ 5.000             =                                        + $ 5.000
2. Perlengkapan      Hutang
+ $ 500                 =   + $ 500
3. Kas                          Pendapatan
+ $ 2.000             =   + $ 2.000
4. Kas                         Hutang
- $ 100                  = – $ 100
5. Kas                                                                  Pak Bondan, Modal
- $ 500                  =                                          - $ 500
Dari contoh di atas terlihat jelas bahwa untuk setiap transaksi, ada dua entri yang dibuat. Dan, di setiap akhir transaksi, persamaan akuntansi tetap dalam kondisi seimbang (balance).

Pentingnya Bukti Transaksi Dalam Akuntansi

Pentingnya Bukti Transaksi Dalam Akuntansi

Pentingnya-bukti-transaksi-dalam-akuntansi
Salah satu prinsip dasar yang dianut dalam Akuntansi adalah ‘Prinsip Konservatif’ (Conservatism prisnciple), yaitu prinsip yang menjujung kehati-hatian di atas sikap lainnya. Salah satu contoh konkret dari penerapan prinsip ini adalah ‘pendapatan diakui hanya bila sudah sungguh-sungguh terjadi, sementara biayanya sudah harus diakui’.
Lain daripada itu, Akuntansi tidak mengakui transaksi apapun (baik itu biaya maupun pendapatan) tanpa adanya cukup bukti yang menunjukan bahwa transaksi sungguh-sungguh terjadi.
[box type="info"]Misalnya: Salah satu pegawai membeli perlatan kantor (tinta printer, misalnya). Atas transaksi tersebut, kasir perusahaan mengeluarkan uang tunai sebesar Rp 100,000. Jika saat pulang pegawai yang berbelanja tidak membawa bukti transaksi (dalam hal ini ‘nota’). Maka transaksi tersebut tidak bisa dicatat, meskipun kenyataannya uang keluar dari perusahaan.[/box]
Mungkin ada yang bertanya: “Bukankah saldo Kas berkurang, dan sebagai pengimbang ada barang masuk (tinta printer), apakah itu tidak cukup bukti untuk mendukung kebenaran transaksi?”
Betul, ada kas keluar, ada barang masuk. Tetapi, berapa harga tintanya? Apakah benar-benar Rp 100,000? Tidak ada yang bisa menjamin kebenaran transaksi ini. Dalam kondisi demikian, Akuntansi menyarankan agar orang Akunting berhati-hati (konservatif)—tidak boleh percaya pada bahasa lisan (ucapan-ucapan atau pengakuan-pengakuan), hanya boleh percaya pada bukti transaksi.
Bukti transaksi bentuknya tidak selalu nota atau kwitansi, bisa jadi berupa surat pengakuan hutang/piutang, akte jual-beli, slip pemindahan dana (transfer) yang pesannya lengkap (untuk tujuan apa uang di transfer). Tanpa bukti di atas kertas, tidak ada transaksi apapun yang boleh diakui (dicatat).

Kesalahan Akuntansi Paling Umum Oleh Pengusaha Kecil

Kesalahan Akuntansi Paling Umum Oleh Pengusaha Kecil

Kesalahan Akuntansi Pengusaha Kecil
Menjadi pengusaha—sekecil apapun skala usahanya—pastilah bukan perkara mudah. Membidik peluang dan mengubahnya menjadi bisnis adalah bakat yang hanya dimiliki oleh mereka (para pengusaha). Bagimana dengan urusan pembukuan, atau Akuntansi untuk skup yang lebih luas? Dari sekian banyak pengusaha, kecuali yang memiliki latar belakang keuangan, rata-rata tidak terampil untuk menerapkan prinsip-prinsip Akuntansi.
Seharusnya memang bukan masalah serius. Namun ada 2 hal yang membuat kesalahan ini menjadi penting untuk diketahui:
1. Catatan Transaksi Adalah Penting – Di satu sisi catatan transaksi sangat penting untuk keperluan pengembangan usaha ke depannya. Catatan penjualan misalnya, sangat membantu dalam menganalisa prospek perkembangan bisnis ke depan. Catatan utang sangat penting dimiliki agar tahu: berapa, kepada siapa dan kapan jatuh temponya. Catatan piutang (tagihan) juga tidak kalah pentingnya. Memperkirakan prospek penjualan dan  mengetahui utang-piutang saja, tidaklah cukup. Yang jauh lebih penting adalah mengetahui: seberapa menguntungkan bisnis yang sedang dijalankan? Apakah sudah saatnya melakukan pengembangan? Apakah layak untuk dicarikan tambahan modal? Dan lain sebagainya.  Untuk semua itu, diperlukan catatan yang akurat dan benar.
2. Mau Tidak Mau Melakukan Pencatatan Sendiri – Di sisi lainnya, tidak sedikit pengusaha (terutama pemilik usaha kecil mandiri/UKM), yang terpaksa melakukan pekerjaan administrasi sendiri—termasuk mencatat transaksi. Bisa dimengerti. Merekrut pegawai Akunting khusus hanya untuk mencatat transaksi di awal-awal perusahaan beropersi, tentulah bukan langkah yang tepat—berat diongkos. Iya kan?
Masalahnya: Kebanyakan pengusaha yang gape jualan, biasanya tidak gape untuk urusan Akuntansi—catat mencatat dan mengolah data transaksi.
Kesalahan paling umum sekaligus paling besar (dan bisa berpengaruh buruk terhadap perkembangan bisnis) yang biasa dilakukan oleh para pengusaha adalah: Mencatat ‘Penjualan’ sebagai ‘Pendapatan’.
Ijinkan saya menjelaskannya sedikit (saya jamin tidak akan rumit).
Katakanlah seorang pengusaha konveksi kecil menerima pesanan 100 potong baju kaos (T-shirt) dengan harga Rp 50,000 per potong. Sehingga total pesanan nilainya Rp 5,000,000. Untuk itu, pemesan membayar di muka sepenuhnya. Barang akan jadi dan dikirimkan bertahap: 50 potong di bulan pertama, sedangkan sisanya 50 potong lagi di bulan ke-2.
Atas uang yang diterima, jika dicatat (diakui) sebagai ‘Pendapatan’ pada saat itu juga, berarti pengusaha tersebut melakukan kesalahaan pencatatan. Kenapa salah?
Karena barang belum diserahkan. Prinsip akuntansi menganjurkan agar tidak mengakui pendapatan untuk barang/jasa yang belum diserahkan.
Dasar pertimbangannya sangat sederhana: Setiap transaksi bisnis selalu melibatkan hak dan kewajiban. Dalam contoh kasus ini pengusaha berhak atas pembayaran sebesar Rp 5,000,000, tetapi di sisi lainnya juga berkewajiban menyerahkan T-shirt sebanyak 100 potong. Dalam Akuntansi: dilarang mengakui hak jika kewajiban belum dilaksanakan. Artinya, dilarang mengakui pendapatan jika barang pesanan pembeli belum dikirimkan (diserahkan).
Mengapa dilarang?
Katakanlah pengusaha mencatat uang yang diterima tersebut sebagai pendapatan. Akhir bulan mungkin pengusahanya mau hitung laba atau rugi. Pendapatan ada, lalu biayanya?  Mungkin hanya setengah saja yang timbul di bulan yang sama, karena setengahnya lagi baru timbul di bulan berikutnya (ingat: barang baru selesai 2 bulan kemudian). Sehingga labanya menjadi terlihat lebih besar dari yang seharusnya. Apa yang terjadi di bulan ke-2? Tidak ada pendapatan (karena semuanya sudah diakui di bulan pertama), tapi ada banyak biaya yang timbul. Sehingga terlihat rugi.
Situasinya akan menjadi semakin sulit jika ternyata barang yang jadi dengan kwalitas layak hanya 90 potong. Sedangkan yang 10 potongnya lagi cacat. Sehingga, kewajiban yang bisa diserahkan hanya sebesar Rp 4,500,000 saja.  Sementara, pendapatan terlanjur diakui Rp 5,000,000.
Solusinya? Akui pendapatan hanya untuk barang yang sudah diserahkan saja. Sehingga, atas uang Rp 5,000,000 tersebut, saat diterima hanya dicatat sebagai ‘Pendapatan Diterima di Muka’ dan jangan diikut sertakan dalam perhitunga Laba/Rugi. Nanti kalau barang sudah diserahkan, catatan ‘Pendapatan Diterima Dimuka’ diubah menjadi ‘Pendapatan’ senilai yang diserahkan saja (misalnya: Rp 2,500,000 untuk 50 potong T-shirt yang sudah dikirimkan). Dan ini boleh dimasukan dalam perhitunga Laba/Rugi.
Dengan demikian, maka: (1) pendapatan menjadi bisa dilawankan dengan biaya; dan (2) tidak terlalu banyak mengakui pendapatan dan laba di bulan pertama.
Jika panduan ini terlalu rumit, mungkin ada baiknya menyerahkan pekerjaan ini pada orang yang benar-benar tahu bagaimana mencatat transaksi bisnis dengan benar. Sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalan tidak perlu yang bisa mempengaruhi kelangsungan usaha secara keseluruhan.

3 Jenis Laporan Keuangan Yang Wajib Diketahui Oleh Pengusaha

3 Jenis Laporan Keuangan Yang Wajib Diketahui Oleh Pengusaha

3 Jenis Laporan Keuangan Untuk Pengusaha
Pernah membaca satu set Laporan Keuangan lalu pusing lantaran tidak tahu apa arti semua itu? Maaf, saya harus mengatakan bahwa: mau tidak mau, seorang pengusaha harus bisa membaca dan memahami isi Laporan Keuangan. Laporan Keuangan menyediakan berbagai informasi penting yang dapat anda gunakan untuk membuat perusahaan atau bisnis anda menjadi lebih menguntungkan. Memusingkan? Ingin tahu bagaimana cara memanfaatkan informasi yang terkandung di dalamnya untuk memajukan bisnis anda?
Kalau jawabannya iya, anda tidak sendirian. Banyak pemilik usaha yang kesulitan memahami isi Laporan Keuangan. Bukan karena mereka kurang cerdas, tetapi karena bahasa Akuntansi memang tergolong teknis dan spesifik. Itu sebabnya mengapa mencoba belajar membaca, benar-benar memahami, dan memanfaatkan isi Laporan Keuangan menjadi tantangan tersendiri bagi siapa saja yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Akuntansi dan Keuangan.
Akuntansi adalah bahasa universal bisnis. Dalam arti sederhana, Akuntansi adalah proses pencatatan apa yang terjadi dalam bisnis sehari-hari. Memang. Fungsi ini kelihatannya tidak terlalu penting—hanya memasukan angka-angka ke dalam buku catatan (atau sistem akuntansi di komputer).
Tetapi, bisa saya katakana bahwa pandangan itu tidak benar. Fungsi sesungguhnya bukan sekedar merekam angka rupiah yang terlibat dalam setiap transaksi, tetapi juga: merekam makna ekonomi dari transaksi, mengkategorikan transaksi-transaksi tersebut dengan cara tertentu sehingga dapat menghasilkan informasi yang berguna nantinya untuk pengambilan keputusan dan perencanaan bisnis.
Saya suka mengatakan bahwa: Laporan Keuangan anda sesungguhnya menceritakan menceritakan kisah perjalanan bisnis anda dengan angka—bukan kata-kata.
Setelah masuk menggunakan kategori pada bagan akun (chart account), data akuntansi diringkas ke dalam format standar, yang dipecah menjadi tiga jenis Laporan Keuangan yang berbeda, yaitu:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
Coba  kita lihat lebih dekat tiga jenis laporan keuangan ini, dan menganalisis kisah yang disajikan oleh masing-masing laporan ini.

1. Neraca

Neraca juga disebut sebagai “Pernyataan Posisi Keuangan,” artinya: bagaimana posisi keuangan perusahaan anda ‘pada saat tertentu’ (katakanlah per 30 Juni, atau 31 Desember). Secara harfiah, pernyataan ini menunjukan posisi keuangan pada saat tertentu (snapshot), mengenai:
  • Apa yang dimiliki oleh perusahaan anda (Aset/Asset)
  • Berapa kewaiban perusahaan terhadap pihak lain (Hutang/Liability)
  • Berapa besarnya modal yang terkumpul (Modal/Shareholder’s Equity)
Selama satu periode tertentu (sebulan/1 kwartal/1 semester/1 tahun) berbagai transaksi dicatat, dampak dari setiap transaksi atas aset dan kewajiban bisnis juga dicatat. Sebagai contoh, ketika anda membuat penjualan tunai, anda tidak hanya pendapatan merekam pendapatan, tapi juga merekam peningkatan nilai asset, yaitu: saldo kas anda. Ketika mengeluarkan biaya, anda tidak hanya mencatat jumlah beban, tetapi juga mencatat penurunan nilai uang tunai anda. Inilah sebabnya mengapa disebut Akuntansi “double entry”!
Perbedaan antara aset dan kewajiban perusahaan merupakan nilai buku ekuitas pemilik dalam bisnis. Dalam korporasi, ini disebut sebagai ekuitas pemegang saham. Neraca digunakan terutama untuk membantu kita memahami kekuatan keuangan bisnis. Perubahan dalam akun-akun neraca dari waktu ke waktu membantu kita memahami tren penting dalam bisnis juga.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi juga dapat disebut sebagai pernyataan (statement) itu sebabanya orang asing sering menyebutnya ‘Income Statement’. Laporan ini bercerita tentang apa yang benar-benar dicapai oleh bisnis anda selama ‘periode waktu’ tertentu (misalnya: 1 s/d 30 Juni 2011) yang mencakup “Pernyataan Aktivitas.”.
Hal itu dilakukan dengan cara meringkas hasil ekonomi dari semua transaksi yang terjadi selama periode waktu itu, dan menunjukan apakah anda memeperoleh atau kehilangan uang akibat dari kegiatan operasional perusahaan anda selama periode tersebut.
Anda dapat belajar banyak tentang bisnis anda dari menganalisis Laporan Laba Rugi. Mengetahui apakah anda mendatangkan uang atau kehilangan uang saja tidak cukup. Laporan atau pernyataan ini juga dapat digunakan untuk memahami dimana persisnya uang anda berputar setiap bulannya. Dan yang terpenting: apakah digunakan secara efisien atau tidak?
Lebih jauh lagi. Anda dapat membandingkan kategori pengeluaran dan pendapatan yang berbeda-beda dalam presentase dari bulan-ke-bulan. Anda juga bisa melihat: Penjualan, harga pokok penjualan, dan tren belanja. Anda bisa memperoleh ide yang melimpah dari setiap perubahan yang anda butuhkan untuk membuat perusahaan anda menjadi lebih menguntungkan. Tren negatif pada laporan laba rugi adalah penting untuk menyelidiki apa yang terjadi sesungguhnya, dimana inefisiensi terjadi—bukan untuk mengabaikannya.

3. Pernyataan Arus Kas

Terakhir, adalah Laporan Arus Kas. Banyak perusahaan tidak peduli dengan laporan yang satu ini, padahal laporan ini bisa dibilang luar biasa penting untuk diperhatikan.
Laporan Arus Kas menjelaskan perubahan yang terjadi dalam saldo Kas anda dari awal sampai akhir periode, yaitu dengan memecah aktivitas bisnis anda ke dalam tiga bagian:
  • Arus (aliran) kas dari kegiatan operasional perusahaan
  • Arus (aliran) kas dari kegiatan investasi (misalnya, dana yang digunakan untuk membeli aset untuk menjalankan bisnis)
  • Arus (aliran) kas dari aktivitas pendanaan (seperti dana pinjaman atau pengembalian pinjaman)
Mengetahui ‘kemana perginya dan dari mana datangnya’ uang anda setiap bulan sangatlah penting, apapun jenis bisnis yang anda jalankan. Dan Laporan Arus Kas menyajikannya dengan sangat baik dan jelas.
Memahami kisah perjalanan bisnis anda seperti yang diceritakan melalui Laporan Keuangan anda, adalah alat yang ampuh untuk sukses berbisnis. Begitu anda memahami isinya dengan baik,  anda akan mulai merasakan manfaat kehadirannya. Dan saat itu saya jamin anda tidak akan menyesal pernah meluangkan waktu untuk sekedar membaca dan memahami isi Laporan Keuangan perusahaan anda. Kedepannya, anda bahkan berpikir tidak akan bisa menjalankan usaha tanpa melihat Laporan Keuangan. Tidak percaya?

Pembukuan dan Akuntansi Selangkah-Demi-Selangkah

Pembukuan dan Akuntansi Selangkah-Demi-Selangkah

Siklus-Pembukuan-Akuntansi
Akuntansi sering didefinisikan sebagai seni melakukan pencatatan,  pengelompokan, dan pelaporan transaksi keuangan. Rangkaian—selangkah demi selangkah—proses itulah yang disebut dengan “Siklus Akuntansi” yang sering diistilahkan dengan “pembukuan (bookkeeping)”.
Apakah pembukuan sama dengan akuntansi? Jelas berbeda. Pekerjaan pembukuan selesai sampai pada siklus saja, sementara pekerjaan akuntansi jauh lebih luas dari sekedar siklus akuntansi (pembukuan), termasuk auditing (pemeriksaan), penyusunan sistem akuntansi, akuntansi manajemen, hingga perpajakan.
Di tulisan ini saya akan berfokus pada siklus akuntansi (pembukuan) saja. Apa saja langkah-langkah yang dilalui dalam satu siklus akuntansi.
Ada 9 (sembilan) langkah yang dilalui dalam satu siklus akuntansi, yaitu:

Langkah-1. Mengumpulkan Dan Menganalisa Data Transaksi

Siklus akuntansi dimulai dari proses pengumpulan data transaksi keuangan dalam bentuk bukti transaksi yang oleh orang awam disebut ‘nota’.  Sesungguhnya bukti transaksi keuangan tidak selalu dalam bentuk nota, bisa jadi dalam bentuk lain—misalnya: akte, surat perjanjian, kwitansi, surat pengakuan utang-piutang.
Melalui bukti inilah data transaksi keuangan diidentifikasi. Setelah bukti transaksi terkumpul, selanjutnya dianalisa (bahasa awamnya dinilai)—apakah transaksi itu sah untuk diakui atau tidak, berapa yang harus diakui.
Misalnya:  Per hari ini PT. ABC membeli perlatan kantor, atas pembelian tersebut PT. ABC memperoleh bukti transaksi berupa nota. Disamping membeli peralatan kantor perusahaan juga membayar upah buruh, atas pembayaran upah tersebut, buruh PT. ABC menandatangani kwitansi, dan seterusnya.
Bukti-bukti transaksi tersebut oleh pagawai accounting dikumpulkan, lalu dinilai apakah bukti transaksi itu sah atau tidak, berapa besarnya nilai transaksi yang harus diakui.


Langkah-2. Mencatat Transaksi (Menjurnal/Posting)

Setelah bukti transaksi terkumpul dan dinilai, langkah selanjutnya adalah memasukan nilai yang terdapat pada bukti transaksi ke dalam buku catatan transaksi. Proses ini disebut dengan proses pencatatan—yang oleh orang akuntansi disebut “menjurnal” sering juga disebut “posting”.
Proses menjurnal bisa jadi dilakukan setiap kali ada transasi secara terus menerus sepanjang hari atau dimasukan sekaligus di sore hari. Catatan-catatan transaksi di langkah ini dalam akuntansi disebut dengan “Jurnal Umum (General Journal)”. Buku-buku yang menampung catatan transaksi ini sering disebut dengan buku jurnal umum (saya akan membahas jenis-jenis buku catatan ini di postingan lain secara terpisah).
Misalnya: Pukul 9 pagi ada transaksi penjualan, setelah nota dinilai (pada langkah-1) langsung dijurnal ke dalambuku penjualan. Pukul 10 pagi terjadi transaksi penjualan berikutnya, nota dinilai, setelah itu dijurnal. Bisa jadi transaksi-transaksi tersebut dikumpulkan saja dahulu, baru kemudian dijurnal menjelang penutupan jam kerja. Saya menyarankan agar setiap transaksi langsung dijurnal (jangan dikumpulkan terlebih dahulu).
Di era komputerisasi sekarang ini, proses menjurnal tidak lagi dilakukan dengan mencatat di buku. Melainkan di,masukan ke dalam sistem (software akuntansi).

Langkah-3. Memindahkan Catatan Transaksi ke Buku Besar

Pada langkah sebelumnya (jurnal umum), catatan transaksi masih dalam kondisi tercampur (berbagai macam transaksi ditampung dalam satu catatan). Di langkah ketiga ini, catatan transaksi tersebut dipindahkan ke dalam kelompok-kelompok akun (account)—sesuai dengan jenis transaksinya.
Misalnya: Jenis transaksi penjualan dipindahkan ke dalam akun penjualan, jenis transaksi pembelian bahan baku dimasukan ke dalam akun persediaan dan utang, jenis transaski berupa pembelian aset dimasukan ke dalam akun aktiva tetap, dan seterusnya.
Kelompok-kelompok akun ini disebut “Buku Besar (General Ledger)”. Di dalam akun buku besar,  satu jenis transaksi terkumpul menjadi satu kelompok, misalnya: akun buku besar penjualan terdiri dari transksi-transaksi penjualan saja, akun kas terdiri dari transaksi-transaksi yang berupa kas saja, akun aktiva tetap terdiri transaksi-transaksi aktiva tetap saja.
Di akhir proses ini, kumpulan nilai-nilai transaksi akan membentuk nilai akhir yang disebut dengan “saldo akhir (ending balance)”. Saldo akhir bisa berupa saldo debit atau saldo kredit, sesuai dengan jenis akunnya:
  • Akun-akun kelompok aktiva (kas, piutang, persediaan, aktiva tetap) bersaldo debit.
  • Akun-akun kelompok kwajiban (utang) bersaldo kredit
  • Akun kelompok ekuitas pemilik (modal, laba ditahan) bersaldo kredit
  • Akun pendapatan bersaldo kredit
  • Akun biaya bersaldo debit

Catatan:
Di era komputerisasi, kehadiran software akuntansi membuat proses pada langkah ketiga ini parktis tidak diperlukan lagi. Sotware yang dipakai oleh perusahaan secara otomatis melakukan proses pemindahan data dari jurnal umum ke buku besar, begitu langkah kedua (menjurnal umum/posting) dilakukan.
Dalam akuntansi manual proses pemindahan ke buku besar mungkin dilakukan setiap menjelang penutupan buku, sehingga saldo akhir buku besar juga baru bisa dilihat. Sedangkan dalam akuntansi terkomputerisasi (menggunakan software akuntansi), proses pemindahan terjadi setiap kali transaksi dimasukan ke dalam software akuntansi—dan dan saldo akhir langsung bisa dilihat sesaat setelah posting dilakukan.


Langkah-4. Membuat “Neraca Percobaan (Trial Balance)”

Membuat neraca percobaan biasanya dilakukan setiap menjelang penutupan buku. Apa itu neraca percobaan? Bagaimana cara membuatnya?
Di masa sekarang ini semua perusahaan sudah menggunakan sistim ‘double entry’ yang mensyaratkan kondisi yang seimbang (balance). Artinya setiap penambahan pada suatu akun selalu disertai oleh pengurangan di akun lain—demikian sebaliknya. Sebagai implementasi, setiap transaksi dicatat ke dalam 2 (atau lebih) jenis akun sekaligus.
Misalnya: PT. ABC membeli perlatan kantor senilai Rp 1 juta. Atas transaksi pembelian ini dicatat dengan sistim double-entry, sehingga jurnalnya menjadi:
[Debit]. Aktiva – Peralatan Kantor = Rp 1 juta
[Kredit]. Kas = Rp 1 juta
Artinya: atas satu transaksi penjualan tersebut, di satu sisi membuat nilai aktiva peralatan kantor bertambah sebesar 1 juta, di sisi lainnya akun kas berkurang pada nilai yang sama, sehingga terjadi kondisi seimbang (balance). Dengan demikian, setelah semua transaksi terkumpul dan terakumulasi di buku besar, penggunaan sistim double-entry membuat NILAI—atau rupiah—jenis akun bersaldo debit akan selalu sama dengan jenis akun bersaldo kredit.
Proses membuat neraca percobaan (trial balance) pada langkah ini dimaksudkan untuk melakukan percobaan—memastikan bahwa nilai jenis akun bersaldo debit sama dengan jenis akun bersaldo kredit—balance (seimbang). Atau secara keseluruhan, jumlah nilai transaksi debit sama dengan transaksi kredit. Konkretnya, saldo-saldo akhir akun bersaldo debit dijumlahkan, dan saldo-saldo akun bersaldo negatif juga dijumlahkan, lalu dibandingkan. Jika nilainya sama berarti balance (sudah benar).
Bagaimana jika tidak sama (tidak balance)? Disilidiki—dicari tahu, mengapa tidak sama. Yang jelas sudah pasti ada ketidaksesuaian pencatat (jurnal).


Langkah-5. Membuat (Jurnal) Penyesuaian

Ada berbagai kemungkinan penyebab terjadinya ketidaksesuaian—sehingga nilai akun bersaldo debit dengan akun bersaldo kredit menjadi tidak sama (tidak balance):
  • Adanya transaksi yang belum dicatat
  • Adanya transaksi yang dicatat terlalu besar atau terlalu kecil (kesalahan perhitungan)
  • Adanya transaksi yang tidak bisa diakui sekaligus akibat penerapan sistim akrual (misalnya: Atas pembelian aktiva tetap tidak bisa dibebankan sebagai biaya sekaligus, melainkan dialokasikan secara bertahap melalui penyusutan. Atas pendapatan diterima dimuka tidak bisa diakui sekaligus, melainkan di alokasikan secara bertahap. Atas beban bunga, beban sewa, pendapatan sewa, pendapatan bunga, dll).
Untuk semua penyebab itu, dibuatkan jurnal penyesuaian agar kesimbangan tercapai (saya akan membahas topik jurnal penyesuaian secara khusus di tulisan lain). Untuk pengalokasian penyusutan dan transaksi akrual, perlu dibuatkan tabel perhitungan dan jadwal.
Setelah jurnal penyesuaian dimasukan, proses dilanjutkan ke langkah berikutnya.


Langkah-6. Membuat Neraca Percobaan Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance)

Langkah keempat diulangi sekalilagi. Bila masih belum balance, maka langkah kelima juga dulangi. Kedua langkah ini akan terus diulangi hingga kondisi seimbang (balance) tercapai.


Langkah-7. Menyusun Laporan Keuangan (Financial Statements)

Setelah kesimbangan tercapai maka ‘Laporan Keuangan’ bisa disusun. Laporan keuangan adalah salah satu produk utama proses akuntansi, terdiri dari empat jenis laporan yaitu:
  • Laporan Laba Rugi (Income Statement/Profit and Loss Statement)
  • Neraca (Balance Sheet)
  • Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
  • Laporan Perubahan Ekuitas/Modal (Equity Statement)
(saya akan bahas masing-masing laporan isi secara lebih terperinci melalui tulisan-tulisan lain di JAK).


Langkah-8. Melakukan Penutupan Buku (Closing The Book)

Pendapatan dan biaya terakumulasi dan dilaporkan untuk periode tertentu (umumnya bulanan, kuartalan atau tahunan. Institusi keuangan seperti bank mungkin melakukannya setiap hari). Agar kedua jenis akun ini tidak bercampur dengan periode berikutnya, maka perlu ditutup—sehingga saldonya menjadi nol—di setiap akhir periode.
Selisih antara pendapatan dengan biaya menghasilkan nilai tertentu. Nilai itulah yang disebut “Laba (Profit)” atau “Rugi (Loss)”. Laba terjadi bila selisih tersebut bernilai positif (Pendapatan lebih besar dibandingkan biaya), sedangkan rugi terjadi bila selisih bernilai negatif (biaya lebih besar dibandingkan pendapatan).
Penutupan dilakukan dengan memasukan jurnal pembalik (reversal journal)—pendapatan yang biasanya dijurnal di sisi kredit, pada proses ini ditempatkan di sisi debit; dan biaya yang biasanya ditempatkan di sisi debit, pada proses ini ditempatkan di sisi kredit—sehingga akun-akun pendapatan dan biaya akan menjadi nol.
Nilai selisih (laba/rugi) dipindahkan ke neraca, yaitu akun “Laba Peride Ini (Current Earning)” yang akan menambah akun “Laba Ditahan (Retained Earning)”.
Catatan: Khusus jurnal pembalik untuk menutup pendapatan dan biaya juga disebut “jurnal penutupan (closing jurnal)“.
Setelah langkah ke delapan ini dilakukan, maka akun-akun pendapatan dan biaya akan bernilai nol. Akun yang masih memiliki nilai saldo hanya akun-akun yang masuk dalam kelompok neraca saja (kas, piutang, persediaan, aktiva tetap, utang, dan modal atau ekuitas pemilik). Nilai saldo akun-akun keompok neraca terus diakumulasi dan dilanjutkan di periode-periode berikutnya.


Langkah-9. Memebuat Penyesuaian Kembali (Pasca Penutupan)

Langkah terakhir ini dilakukan untuk 2 tujuan, yaitu:
  • Untuk memastikan bahwa semua kelompok akun pendapatan dan biaya telah ditutup; dan
  • Untuk memastikan bahwa semua saldo akun kelompok neraca sudah dalam kondisi seimbang (balance) dan siap untuk menjadi saldo awal pembukaan buku periode berikutnya.
Itulah langkah-langkah yang dilewati dalam proses akuntansi, yang sering disebut dengan pembukuan (bookkeeping). Rangkayan langkah-langkah tersebut adalah satu siklus akuntansi (accounting cycle)—dan akan berulang di periode-peride berikutnya sepanjang perusahaan masih beroperasi.

Saya berharap, tulisan siklus pembukuan dan akuntansi ini dapat memberi gambaran yang jelas mengenai proses pembukuan dan akuntansi.
Terlihat tidak terlalu sulit ya? Pada kenyataannya, tidak semudah itu. Menjadi semakin rumit ketika menangani transaksi untuk jenis bidang usaha yang berbeda (perusahaan jasa, retail, manufaktur/industri, perbankan, real estate/developer, pertambangan, pertanian dan holticultura, francais, telekomunikasi, dan lain sebagainya)—masing-masing memiliki kekhasan dan standar perlakuan akuntansi yang berbeda-beda.
Tetapi jangan khawatir. Di tulisan-tulisan berikutnya, saya akan banyak membahas langkah-per-langkah ini secara mengkhusus—lebih rinci mendekati proses pekerjaan yang sesungguhnya. Proses pencatatan, pengelompokan dan pelaporan transaksi keuangan akun-per-akun—sesuai dengan bidang usahanya, dengan segala permasalahannya.

Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi

Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi

Cara Membuat Jurnal Akuntansi
Banyak pemula dan mahasiswa akuntansi yang masih mengalami kesulitan dalam membuat jurnal. Masih bingung untuk memutuskan akun mana yang didebit dan akun mana yang dikredit. Dari pengalaman saya menyeleksi staf di bagian yang saya pimpin, setidaknya 5 dari 10 kandidat masih mengalami kesulitan, 3 diantaranya ragu-ragu—tidak sungguh-sungguh yakin apakah jurnal yang dibuatnya benar atau salah, dan hanya 2 orang saja yang sungguh-sungguh memahami aktivitas menjurnal dengan mantap.
Saya meyakini sebagian besar orang accounting pernah berada di situasi ini. Tak jauh berbeda dengan aktivitas belajar naik sepeda, semuanya berawal dari tidak bisa, lalu mulai belajar, ragu-ragu, sering jatuh, lama-lama akan terbiasa—stang sepeda seolah-olah belok dengan sendirinya tanpa diperintah :)
Tentu harus tahu teknik dasarnya terlebih dahulu. Nah untuk belajar menjurnal, tehnik akuntansi dasar seperti apa yang harus dikuasai terlebih dahulu? Pahami mekanisme akuntansi terlebih dahulu.


Mekanisme Dasar Akuntansi

Jika ada seseorang bertanya: “Berapa biaya kuliah S1-mu?” Mungkinkah anda bisa langsung memberikan jawaban (“100 juta” misalnya)? Atau  “kira-kira 150 juta”? Katakanlah anda nekad menjawab secara spontan, apakah orang yang bertanya akan percaya terhadap jawaban anda?
Jelas tidak. Untuk menjawab pertanyaan ini secara pasti, akurat dan bisa dipercaya perlu:
(1) mengumpulkan data pengeluaran sejak pertama kuliah hingga lulus—berupa nota, buku tabungan, bukti transfer, dan bukti pengeluaran lainnya;
(2) menganalisa dan mengelompokkan bukti-bukti pengeluaran tersebut; mana saja pengeluaran yang terkait dengan urusan kuliah;
(3) menjumlahkan pengeluaran-pengeluarang terkait dengan urusan kuliah; dan
(4) menjawab pertanyaan tersebut, Rp 50 juta misalnya.

Bandingkan. Di lain kesempatan seseorang bertanya: “Berapa pengeluaran makan siangmu bulan Agustus kemarin?” Untuk memberikan jawaban pasti, anda perlu melakukan keempat langkah di atas lagi.
Lalu bandingkan dengan pertanyaan: “Berapa keuntungan perusahaan selama tahun fiskal 2010 kemarin?” Untuk dapat memberikan jawaban yang akurat, dan bisa dipertanggungjawabkan anda perlu melakukan langkah-langkah yang sama seperti menjawab kedua pertanyaan sebelumnya:
  • Langkah-1. Mengumpulkan data transaksi
  • Langkah-2. Menganalisa data transaksi
  • Langkah-3. Memilah dan mengelompokkan transaksi ke dalam akun-akun
  • Langkah-4. Membuat laporan keuangan

Langkah-langkah itu terus berulang sepanjang waktu selama perusahaan masih beroperasi.
Sama persis, bukan? Nah itulah yang disebut dengan ‘SIKLUS AKUNTANSI‘. Siklus akuntansi adalah mekanisme akuntansi paling dasar yang harus betul-betul dipahami sebelum mencoba memahami konsep-konspe akuntansi lainnya.
“Lalu, hubungannya dengan menjurnal?”, mungkin ada yang bertanya seperti itu.
Kegiatan menjurnal ada di sekitar langkah ke 2 dan ke 3 dari siklus akuntansi di atas. Artinya, sebelum menjurnal maka langkah ke-1 dan ke-2 harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa data yang benar dan pasti, mustahil mampu menghasilkan jurnal yang benar serta akurat. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan jurnal yang benar, pastikan bukti transaksinya ada, datanya jelas dan benar (bisa dipertanggungjawabkan).
Lebih detail mengenai “Siklus Pembukuan dan Akuntansi Selangkah-Demi-Selangkah” bisa dibaca di tulisan saya [ini].


Tiga Hal Yang Perlu Dikuasai Sebelum Belajar Menjurnal

Sebelum belajar menjurnal, ada 3 (tiga) hal yang harus dikuasai terlebih dahulu:
1. Kuasai format NERACA dan LAPORAN LABA RUGI sederhana di samping ini.
Format Neraca Laba Rugi SedehanaPahami betul-betul isi Neraca dan Laporan Laba Rugi.
Kalau memang lebih suka menghafalkan dahulu baru kemudian di logikakan, silahkan lakukan itu. Tetapi kalau lebih suka memahami logikanya dahulu baru kemudian dihafalkan, silahkan juga. Terserah bagaimana caranya, yang penting 2 bentuk laporan ini bisa anda hafalkan di luar kepala.
Sangat bagus jika bentuk neraca dan Laporan Laba Rugi bisa anda visualisasikan di dalam benak anda. Usahakan agar kedua format tersebut selalu melekat di kepala anda.
Kalau mau agak ekstrim, usahakan agar apapun yang anda lihat, nampak seperti bentuk neraca dan laporan laba rugi!
Cara menguji apakah anda sudah benar-benar bisa memvisualisasikannya di dalam benak: Ambil kertas kosong dan pena, buat format neraca dan laporan laba rugi sambil memejamkan mata.







2. Kuasai PERSAMAAN AKUNTANSI berikut ini:
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Logika dibalik persamaan akuntansi di atas:
AKTIVA (juga disebut ‘aset’) adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, bisa berupa: uang tunai disebut kas, piutang atau tagihan kepada pihak lain, persediaan barang, dan aktiva tetap. Dari mana perusahaan memperoleh aktiva tersebut? Apakah tiba-tiba runtuh dari langit? Jelas tidak. Perusahaan memperoleh aktiva tersebut dari:
(a) MODAL—yang disetorkan oleh pemilik usaha (maka disebut “Ekuitas Pemilik”); atau
(b) UTANG—“Kewajiban” yang suatu saat nanti harus dibayar (dikembalikan); atau
(c) Gabungan dari keduanya

Dengan kata lain: di satu sisi perusahaan memiliki aktiva (kekayaan), di sisi lainnya perusahaan juga memiliki utang (kewajiban) dan modal (ekuitas pemilik). Kondisi ini akan terus berlansung secara seimbang dari waktu-ke-waktu. Perhatikan kembali gambar contoh NERACA di atas, di sisi sebelah kiri (Aktiva) jumlah nilainya 70, di sisi kewajiban dan ekuitas jumlah nilainya juga 70, seimbang (balance). Setiap perubahan di satu elemen selalu diimbangi oleh perubahan pada elemen lain.
Saya akan sajikan contoh farmat laporan keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, dan Perubahan Modal di kesempatan berikutnya.
3. Kuasai prosedur DEBIT dan KREDIT di bawah ini – Jika logika persamaan akuntansi di atas bisa dipahami dengan baik, maka menghafalkan prosedur debit dan kredit akan menjadi mudah.
Persamaan-Akuntansi-Prosedur-Debit-Kredit
Prosedur DEBIT dan KREDIT ini adalah vital sifatnya. Seseorang tidak akan mampu membuat jurnal dengan baik dan benar jika belum menguasai prosedur ini. Setelah tigal hal di atas sudah dikuasai dengan baik (hafal, bisa memvisualisasikannya, dan memahami logikanya), maka silahkan lanjutkan dengan belajar menjurnal.
Apa arti diagram di atas? Dasarnya adalah persamaan akuntansi yang sudah saya sebutkan sebelumnya, yaitu: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik. Disamping ada ketiga elemen utama (aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik), juga ada Laba Ditahan, Modal (saham), Dividen, kemudian Biaya dan Pendapatan (catatan: Biaya dan Pendapatan berasal dari format ‘Laporan Laba Rugi’). Elemen-elemen itu disebut dengan AKUN (account).
Saya akan jelaskan lebih lanjut sambil belajar menjurnal.


Prosedur Menjurnal Yang Benar (dan Mudah)

Katakanlah bukti transaksi sudah ada ditangan anda, yaitu berupa surat pinjaman dari bank. Perusahaan meminjam uang sebesar Rp 250,000,000 dari bank. Bagaimana membuat jurnal atas transaksi ini?
Untuk menjurnal, ada 3 (tiga) tahapan langkah analisa yang harus dilewati:
Langkah-1. Identifikasi: AKUN mana yang terlibat dalam transaksi ini? Perhatikan contoh format NERACA sebelumnya. Pinjaman dari bank tergolong utang maka akun yang terlibat adalah akun ‘Utang’ Uang yang diterima dari bank akan dimasukan ke kas, maka akun lainya yang terlibat adalah akun ‘Kas’. Sehingga ada 2 akun yang terlibat dalam transaksi ini, yaitu: Utang dan Kas
Langkah-2. Identifikasi: Bertambah atau berkurang? untuk masing-masing akun yang terlibat, apakah nilai akun tersebut akan menjadi bertambah atau berkurang, akibat dari transaksi yang akan anda jurnal? Akun ‘Utang’ sudah pasti bertambah, di sisi lainnya akun ‘Kas’ juga bertambah.
Langkah-3. Hitung: berapa nilai akun yang terlibat akan bertambah atau berkurang? Masing-masing Rp 250,000,000.

Kesimpulan analisa: akibat dari transaksi tersebut, akun ‘Utang’ bertambah Rp 250,000,000, dan akun ‘Kas’ juga bertambah Rp 250,000,000.

Lalu, jurnalnya?
Dari contoh format NERACA sebelumnya diketahui bahwa akun ‘Kas’ masuk kelompok ‘AKTIVA’, dan akun ‘Utang’ masuk kelompok ‘KEWAJIBAN’. Selanjutnya perhatikan bagan prosedur di atas. Disana disebutkan bahwa:
Pada Aktiva: catat ‘Debit’ jika nilainya bertambah, atau catat ‘Kredit’ bila nilainya berkurang. Dalam contoh kasus ini kas bertambah sehingga dicatat di ‘Debit’.
Pada Kewajiban: Catat ‘Debit’ jika nilainya berkurang, atau catat ‘Kredit’ bila nilainya bertambah. Dalam contoh kasus ini utang bertambah, sehingga dicatat di ‘kedit’.
Dengan demikian, maka jurnalnya: Debit akun ‘Kas’ sebesar Rp 250,000,000 dan Kredit akun ‘Utang’ sejumlah senilai yang sama. Saya biasa menuliskannya dengan cara:
[Debit]. Kas = Rp 250,000,000
[Kredit]. Utang = Rp 250,000,000
Mudah sekali. Bisa? Pasti bisa :) Jangan khawatir, anda tidak akan jadi gila, saya sendiri butuh 10 tahunan untuk menguasainya. Dan sekarang? Bukannya jadi gila, malahan saya bisa menjurnal transaksi keuangan apapun jenisnya dengan tingkat kesalahan mendekati nol!
Di tulisan-tulisan berikutnya saya akan banyak membahas mengenai prosedur ini dalam contoh-contoh kasus yang lebih variatif dan lebih rumit tentunya.

Kriteria Aktiva Tak Berwujud (Intangible Asset)

Kriteria Aktiva Tak Berwujud (Intangible Asset)

Aktiva Tak Berwujud
Menurut PSAK 19 (Revisi 2009), aktiva atau aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Terdengar sederhana? Iya. Namun pada prakteknya tidaklah sesederhana itu. Oleh karena kerumitannya, jenis aktiva tidak berwujud seringkali diabaikan (tidak diakui)—terutama pada perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Ada kriteria tertentu yang dapat membedakan apakah suatu pengaluaran digolongkan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau dibiayakan di periode yang sama.
Di perusahaan berskala kecil dan menengah, Laporan Keuangannya lebih sering menujukan rugi (biaya lebih besar dari pendapatan) daripada laba, mengapa? Bisa jadi kerugian memang disebabkan oleh sedikitnya pendapatan sementara biaya terus menerus terjadi. Namun di sisi lainnya, kerap terjadi terjadi dimana perusahaan mencatat setiap pengaluaran sebagai biaya (dibebankan di periode yang sama), padahal mungkin saja ada diantara pengeluaran tersebut terjadi karena pembelian (perolehan), pemeliharaan atau peningkatan nilai aktiva/asset.
Setiap pengeluaran dicatat dengan:
[Debit]. Biaya   xx
[Credit]. Kas/Hutang xx
Padahal bisa jadi seharusnya:
[Debit]. Aktiva tetap (berwujud/tdk berwujud)   xx
[Credit]. Kas/Hutang xx
Untuk aktiva/aset berwujud, tentu bisa dikenali dengan mudah. Tetapi aset tidak berwujud kerap diabaikan begitu saja. Hal itu terjadi karena perusahaan (pegawai accountingnya) tidak memahami persis apa itu aktiva/aset tidak berwujud, apa saja yang tergolong aktiva tidak berwujud dan apa yang tidak.
Beberapa contoh: Perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk dan judul publisitas).
Contoh umum lainnya: piranti lunak komputer, paten, hak cipta, film, daftar pelanggan, hak pelayanan jaminan, hak memancing, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, pangsa pasar dan hak pemasaran.

Kriteria Aktiva Tetap Tak Berwujud

Cara membedakan suatu pengeluaran tergolong aktiva tidak berwujud (intangible asset) atau biaya yang dibebankan di periode yang sama sebenarnya tidak terlalu sulit. Ada 3 kriteria yang harus terpenuhi untuk mengakui suatu pengeluaran sebagai aktiva tak berwujud, yiatu: (1) keteridentifikasian, (2) pengendalian atas sumber daya; dan (3) adanya manfaat/keuntungan ekonomis di masa depan.
Nah, jika ketiga kriteria tersebut terpenuhi, maka harus diakui sebagai aktiva tidak berwujud. Sehingga dicatat dengan:
[Debit]. Aktiva Tidak Berwujud   xx
[Credit]. Kas/Hutang  xx
Jika ada salah satu kriteria tidak terpenuhi maka dibebankan di periode yang sama.
Catatan: PSAK 19 (Revisi 2009) juga menyebutkan bahwa “jika kriteria tersebut diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis, maka kriteria tersebut diperlakukan sebagai bagian dari goodwill pada tanggal akuisisi”.
Untuk lebih jelasnya, coba lihat ketiga kriteria tersebut satu-per-satu..

Kriteria Pertma: Keteridentifikasian

PSAK 19 (Revisi 2009) menyebutkan bahwa: suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika:
(a) dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari perusahaan dan dijual, dipindahkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah perusahaan bermaksud untuk melakukan hal tersebut; atau
(b) timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari perusahaan atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya.

Kriteria Kedua: Pengendalian

Perusahaan mengendalikan aset jika perusahaan memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
Kemampuan perusahaan untuk mengendalikan manfaat ekonomis masa depan dari suatu aset tidak berwujud biasanya timbul dari hak legal yang memiliki kekuatan dalam suatu pengadilan. Apabila hak legal itu tidak ada, perusahaan akan lebih sulit menunjukkan adanya pengendalian. Akan tetapi, kekuatan hukum suatu hak bukan merupakan syarat perlu bagi pengendalian karena perusahaan dapat saja mengendalikan manfaat ekonomis masa depan dengan cara lain.
Manfaat ekonomis masa depan dapat timbul dari pengetahuan atas pasar atau pengetahuan teknis. Perusahaan mengendalikan keuntungan tersebut jika, misalnya, pengetahuan tersebut dilindungi oleh hukum seperti hak cipta, perjanjian dagang terbatas (sepanjang diizinkan) atau oleh perjanjian hukum bagi pegawai untuk menjaga kerahasiaan.
Oke. Bagaimana dengan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai karyawan yang mengikuti suatu pelatihan terampil/program (seperti program pelatihan), apakah bisa diakui sebagai aktiva tak berwujud?
Secara umum, TIDAK. Kriteria manfaat ekonomisnya terpenuhi, tetapi hak kendalinya tidak ada. Hal yang sama berlaku untuk talenta di bidang teknis atau manajemen khusus sebagai aset tidak berwujud. KECUALI pelatihan dicantumkan dalam kontrak kerja secara legal.
Bagaimana dengan biaya yang dikeluarkan untuk membina hubungan baik dengan pelanggan?
Secara umum juga, TIDAK. Perusahaan mungkin memiliki pelanggan setia yang terus melakukan transaksi dengan perusahaan atau mungkin perusahaan berhasil menguasai pangsa pasar tertentu. Namun, apabila tidak ada hak legal untuk melindungi atau mengendalikan hubungan dengan pelanggan, maka perusahaan biasanya tidak memiliki pengendalian yang memadai atas manfaat ekonomis yang dapat diperoleh dari hubungan dengan pelanggan. Contoh: portofolio pelanggan, pangsa pasar, hubungan pelanggan dan loyalitas pelanggan). KECUALI: apabila ada transaksi pertukaran dari hubungan pelanggan ataupun hubungan pelanggan, maka hal ini memberikan bukti bahwa perusahaan mampu memiliki pengendalian atas manfaat ekonomis masa depan dari hubungan pelanggan tersebut.

Kriteria ketiga: Manfaat Ekonomis Masa Depan

Manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aset tidak berwujud dapat mencakup pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari penggunaan aset tersebut oleh perusahaan. Misalnya, penggunaan hak kekayaan intelektual dalam suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi menekan biaya produksi masa depan.

Neraca, Laba Rugi, Arus Kas dan Perubahan Modal

Neraca, Laba Rugi, Arus Kas dan Perubahan Modal

Hubungan-Neraca-Laba Rugi-Laporan Arus Kas
Mengetahui hubungan angka-angka dalam Neraca, Laba Rugi, Laporan Arus Kas dan Perubahan Modal dalam satu set laporan keuangan adalah penting bagi siapa saja yang ingin memahami isi sebuah Laporan Keuangan, dan Akuntansi secara umum. Gagal memahami hubungan ini, maka sama seja dengan gagal memahami isi laporan keuangan, dan akuntansi secara keseluruhan.
Satu set lengkap laporan keuangan umumnya mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (juga disebut ‘ekuitas pemegang saham’), dan laporan arus kas. Laporan keuangan secara keseluruhan menyajikan berbagai jenis informasi tentang kegiatan perusahaan selama periode waktu tertentu dalam angka-angka. Masing-masing laporan, meskipun banyak yang saling terkait, tetap memiliki peranan berbeda, dengan sudut pandang dan fokus penyajian yang berbeda-beda pula. Dengan demikian, maka satu macam laporan tidak bisa menggantikan laporan yang lain.
1. Neraca – Juga disebut laporan posisi keuangan, bisa diibaratkan sebagai foto (baias disebut snapshot) dari suatu perusahaan pada suatu titik waktu tertentu. Laporan keuangan yang satu ini terdiri dari daftar sumber daya kuantitatif yang dipergunakan oleh perusahaan untuk beroperasi. Di sisi lainnya, laporan ini juga mengandung daftar klaim terhadap sumber daya tersebut yang diwakili oleh kreditur dan pemilik. Dalam bentuk laporan pernyataan, sumber daya kuantitatif disebut aktiva (asset), diikuti dengan klaim kreditur dan pemilik. Dalam bentuk rekening pernyataan, aset biasanya disajikan di sebelah kiri dan yang mengklaim aset di sisi kanan dari pernyataan itu. Satu hubungan penting dalam sebuah neraca adalah bahwa klaim terhadap asset selalu sama (seimbangan) persis dengan jumlah aset yang disajikan. Itulah sebabnya mengapa Neraca juga disebut dengan ‘Balance Sheet’.
2. Laporan Laba Rugi – Melanjutkan analogi neraca sebagai foto statis dari suatu perusahaan pada titik waktu tertentu, laporan laba rugi kemudian dapat digambarkan sebagai sebuah film bergerak yang mengidentifikasi dimensi-dimensi tertentu dari perusahaan selama periode waktu. Laporan laba rugi didasari oleh prinsip akuntansi yang disebut ‘prinsip kecocokan (the matching principle)’. Pendapatan biasanya dapat dengan mudah dikaitkan dengan aktivitas usaha secara spesifik yang berhubungan dalam periode waktu tertentu. Setelah pendapatan untuk jangka waktu telah diidentifikasi, akuntan kemudian mencoba untuk menelisik dan mengkaitkan pendapatan dengan semua biaya yang berhubungan dengan (1) periode waktu yang sama dan/atau (2) proses pembentukan pendapatan tertentu. Jumlah ini kemudian “dicocokkan (matched),” maksudnya biaya dikurangkan dari pendapatan—untuk menentukan hasil operasi untuk periode tersebut. Hasilnya disebut ‘laba bersih’ jika pendapatan melebihi biaya, dan disebut ‘rugi bersih’ jika biaya-biaya melebihi pendapatan.
3. Pernyataan Perubahan Modal – Juga disebut dengan pernyataan ‘Ekuitas Pemegang Saham’. Sebuah pengungkapan yang diperlukan dalam satu set lengkap laporan keuangan korporasi adalah identifikasi dari perubahan modal (ekuitas) dalam angka-angka dan jumlah saham. Seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal (ekuitas pemegang saham) mencakup periode waktu pada titik waktu tertentu. Di kolom utama dari ekuitas pemegang saham ‘ terdiri dari: kontribusi ekuitas saham pilihan, saham biasa, dan tambahan modal disetor dan laba ditahan. Pernyataan ini dimulai dengan saldo pada akhir periode sebelumnya. Baris dalam pernyataan menunjukkan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dalam kategori utama dari ekuitas pemegang saham dari saham biasa, laba bersih, dan dividen. Laba bersih dan dividen hanya mempengaruhi laba ditahan. Laba bersih meningkatkan saldo laba ditahan, dan dividen mengurangi keseimbangan itu.
4. Laporan Arus Kas – Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran dalam bentuk kas selama periode waktu tertentu sama dengan konsep waktu pada Laporan Laba Rugi. Dalam bentuk yang paling sederhana, laporan arus kas hanya menunjukkan sumber kas utama perusahaan dan cara perusahaan menggunakan uang tunai itu. Perubahan-perubahan ini disajikan dengan cara merekonsiliasi perubahan kas dari awal sampai akhir periode akuntansi. Laporan Arus Kas disajikan dalam tiga kategori: (1) arus kas dari aktivitas operasi; (2) arus kas dari aktivitas investasi; dan (3) arus kas dari aktivitas pendanaan. Di ujung bawah laporan, perubahan bersih kas disajikan dalam angka rekonsiliasi untuk menunjukan saldo kas bersih antara saldo awal dengan akhir—baik  itu dalam keadaan meningkat maupun menurun. Empat laporan keuangan ini berasal dari transaksi dasar yang sama dan pengukuran keuangan yang sama. Keempatnya diperlukan oleh pembaca laporan keuangan untuk mendapatkan pemahaman lengkap, sebisa mungkin melalui media laporan keuangan.
Mencoba untuk menunjukkan hubungan dari empat laporan keuangan ini, dalam ilustrasi tunggal adalah pekerjaan yang mustahil. Tetapi untuk referensi ringkas, saya mencoba manyajikannya dalam grafik tunggal (mudah-mudahan bermanfaat) khusus beberapa hubungan penting yang mendasari empat laporan keuangan: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal (ekuitas pemegang saham), dan pernyataan arus kas:

Kedelapan hubungan diidentifikasi oleh nomor dalam tanda kurung:
(1) Pendapatan dan biaya, yang disajikan dalam laporan laba rugi, mengakibatkan perubahan dalam aktiva dan kewajiban dalam neraca.
(2) Laba bersih mengalir ke dalam laporan perubahan modal (ekuitas pemegang saham) dan merupakan determinan penting dari saldo akhir periode laba ditahan.
(3) Saldo akhir akun modal (ekuitas) memberikan kontribusi dalam laporan ekuitas sesuai dengan jumlah yang sama di pemegang saham bagian ekuitas pada neraca.
(4) Saldo akhir dari laba ditahan dalam laporan ekuitas sesuai dengan saldo laba ditahan pada pemegang saham ‘bagian ekuitas pada neraca.
(5) Saldo akhir kas dalam laporan arus kas sesuai dengan jumlah uang tunai disajikan di neraca.
(6) Arus kas dari aktivitas operasi dalam laporan arus kas mencerminkan efek kas dari transaksi-transaksi termasuk dalam penentuan laba bersih. Rekonsiliasi laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi disajikan sebagai bagian dari laporan arus kas.
(7) Aktivitas investasi dalam laporan arus kas mencerminkan arus kas positif dan negatif dari perubahan dalam aset yang berakhir saldo termasuk dalam neraca.
(8) Pembiayaan kegiatan dalam laporan arus kas mencerminkan arus kas positif dan negatif dari hutang dan ekuitas transaksi pembiayaan. Akhir-dari periode saldo utang dan ekuitas disajikan dalam neraca.

Pendapatan (Penjualan) dan Utang (Pembelian)

Pendapatan (Penjualan) dan Utang (Pembelian)

Siklus Pendapatan dan Siklus Utang
Akuntansi, pada dasarnya adalah rangkaian proses berbagai aktivitas keuangan dan bisnis yang disebut dengan “Siklus Akuntansi (Accounting Cycle)”—yang terdiri dari: siklus pendapatan dan penerimaan kas, pembelian dan pembayaran, penggajian, aktiva tetap, pendanaan, dan buku besar (general ledger). Beberapa siklus merupakan variasi dari siklus lainnya, sehingga siklus akuntansi yang paling pokok hanya ada 3 yaitu: siklus pendapatan, siklus utang (pembelian), dan buku besar (general ledger).
Memahami siklus akuntansi adalah sangat penting. Tanpa tahu siklusnya, maka mengerjakan akuntansi sama saja dengan mau pergi ke suatu tempat tetapi tidak tahu rute (jalan) menuju ke sana. Sehingga, adalah mustahil untuk dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan akuntansi tanpa memahami proses dan siklus berbagai aktivitas di dalam perusahaan.
Dalam tulisan ini, saya akan bahas mengenai ketiga siklus terpenting di dalam akuntansi, yaitu: siklus pendapatan, siklus utang (pembelian) dan buku besar (general ledger) dalam bagan-bagan. (Catatan: topik yang sama pernah saya presentasikan dalam bahasa Inggris, sehingga bagan-bagannya masih dalam bahasa inggris, saya yakin anda akan bisa mengerti).

Siklus Pendapatan dan Penerimaan (Penjualan)

Siklus pendapatan dan penerimaan terdiri dari berebagi sistim yang mencatat penjualan barang/jasa, penerimaan dan mencatat transfer pembayaran dari pelanggan (lihat bagan berikut).

Di bagian atas: Rincian barang/jasa yang terjual, harga, termin kredit (jika penjualan kredit) dituangkan ke dalam sebuah dokumen yang disebut “Nota Penjualan” (Sales Invoice/Invoice saja). Semua penjualan dicatat ke dalam 2 buah daftar, yaitu: “Buku Penjualan” (Sales Journal) dan “Daftar Piutang” (Accounts Receivable).
Di bagian bawah: Ketika pelanggan membayar, maka perusahaan membuat slip yang disebut dengan “Slip Setoran (deposit slip)”.  Disamping membuat slip setoran, perusahaan juga menerbitkan selembar bukti “Penerimaan Kas/Cek” (Cash/Check Receipt) yang akan menjadi dokumen pendukung dalam melakukan pencatatan di dalam “Buku Kas” sebagai penambah jumlah kas, sekaligus di dalam “Daftar Piutang (Account Receivables) sebagai pengurang nilai piutang (tagihan).
Jika kita perhatikan sekali lagi, maka terlihat jelas bahwa ujung dari proses penjualan dan penerimaan pembayaran menuju ke satu titik yaitu: Daftar Piutang (Accounts Receivable) yang tiada lain adalah daftar tagihan. Saat perusahaan melakukan penjualan kredit, saldo dalam daftar ini akan bertambah. Sebaliknya saat menerima pembayaran, nilainya berkurang.
Di dalam perusahaan manapun, alur proses penjualan, penerimaan kas dan daftar piutang disebut sebagai “Siklus Pendapatan” (Revenue Cycle). Dua dokumen terpenting dalam siklus ini adalah: nota penjualan (bukti penjualan ke pelanggan) dan slip setoran (bukti bahwa pembayaran telah di setorkan ke bank atau kas perusahaan).

Siklus Pembelian dan Utang

Siklus Pembelian dan Utang (juga sering disebut (siklus pengeluaran atau pembayaran) terdiri dari berbagai proses yang mencatat pembelian barang/jasa yang akan dipergunakan dalam opersional perusahaan, beserta pembayaran atau janji membayar (Lihat bagan di bawah ini):

Dalam aktivitas memproduksi barang/jasa yang kemudian di jual, perusahaan melakukan beberapa pengeluaran—misalnya: membeli tanah untuk tempat usaha, gedung, mesin-mesin produksi, peralatan kantor, serta membayar gaji pegawai. Pembelian dilakukan melalui beberapa vendor (supplier).
Bagian atas: Dokumen utama yang dijadikan sebagai bukti transaksi pembelian adalah “Nota Tagihan” (Supplier Invoice). Saat nota tagihan (supplier invoice) diterima, persahaan akan mencatat semua rincian pembelian ke dalam sebuah buku yang disebut dengan “Buku Pembelian” (Purchase Journal). Pada saat pencatatan pembelian dilakukan, sekaligus juga membentuk sebuah daftar yang disebut “Daftar Utang” (Accounts Payable).
Bagian bawah: Pada saat utang jatuh tempo (sesuai terminnya: 30/60/90 hari), maka utang dibayarkan ke pihak supplier. Untuk melakukan pembayaran, perusahaan mungkin menerbitkan selembar cek. Atas pengeluaran cek tersebut perusahaan membuat selembar bukti cek keluar. Rincian cek (no cek, nilainya) beserta keterangan transaksi dicatat di dalam buku “Buku Kas” (Cash/Check Disbursement Journal)—yang nantinya akan mengurangi saldo kas. Bisa dikatakan bahwa buku ini merupakan daftar pembayaran ke berbagai vendor (supplier) atau pihak yang menyediakan barang/jasa kebutuhan perusahaan. Pada saat pembayaran utang dilakukan, maka otomatis perusahaan juga melakukan pencatatan di “Daftar Utang” yang akan mengurangi saldo daftar ini.
Sama seperti pada siklus pendapatan dan penerimaan, bagian atas dan bawah di siklus pembelianpun menuju ke satu titik yaitu: “Daftar Utang”. Segala proses di siklus ini akhirnya akan bermuara di sini. Artinya segala transaksi di dalam siklus ini berpengaruh ke Daftar Utang.
Dalam melakukan pemeriksaan, seorang auditor biasanya menelusuri kedua siklus ini (Siklus Pendapatan dan Siklus Pembelian), karena di wilayah inilah penyelewangan dan penyimpangan kerap terjadi. Dengan melakukan penelusuran yang rinci, menghubungkan satu transaksi dengan transaksi lainnya, menghubungkan satu buku ke buku lainnya untuk memeriksa kalau-kalau ada kejanggalan di dalam kedua siklus ini. Misalnya: Apakah catatan pengeluaran check di “Buku Kas” bisa dihungkan dengan berkurangnya saldo di “Daftar Utang”?, jika tidak berarti ada kejanggalan. Ada potensi penyelewengan ata penyimpangan di wilayah ini.
Karena keterbatasan ruang, “Buku Besar”, “Aliran Kas” dan rekonsiliasi-rekonsiliasinya akan saya tulisan di kesempatan berikutnya. Untuk sementara anda bisa memahami siklus pendapatan/penerimaan dan siklus pembelian/pengeluaran, dahulu.

Apa Itu Pendapatan? Apa Itu Penghasilan? (Akuntansi Dasar)

Apa Itu Pendapatan? Apa Itu Penghasilan? (Akuntansi Dasar)

Apa Itu Pendapatan Dalam Akuntansi
‘Pendapatan’ dan ‘penghasilan’ sebenarnya lumrah digunakan oleh semua kalangan dalam komunikasi sehari-hari. Keduanya diartikan sama—bisa jadi gaji, upah, bahkan mungkin penjualan, keuntungan, komisi, bunga pinjaman, dll. Dalam akuntansi, pendapatan dan penghasilan memiliki arti yang sangat berbeda. Perlakuan akuntansinyapun berbeda. Lalu, menurut Akuntansi,  apa itu pendapatan? Apa itu penghasilan?
Penghasilan (income) didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (Ref: PSAK 1, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan)
Yang disebut dengan penghasilan (income) meliputi:
  • Pendapatan (revenue); dan
  • Keuntungan (gain).
Lalu, apa itu ‘pendapatan’ (revenue)?
Dalam PSAK 23 (Rev 2009) disebutkan: “Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal perusahaan”. Pendapatan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti: penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti.
Dari banyaknya ragam pendapatan yang mungkin timbul dalam perusahaan, pengertian pendapatan di ataspun tetap berpotensi menjadi rancu dan tidak konsisten dalam penggunaannya. Untuk itu perlu batasan yang pasti, bila atau kapan pendapatan diakui?
Dalam PSAK 23, disebutkan:
“Pendapatan diakui bila kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal.”
Dari pengertian di atas, bisa dibuat semacam kriteria:
  • Kriteria-1: Mengandung potensi manfaat ekonomi di masa depan
  • Kriteria-2: Masuk ke dalam perusahaan
  • Krietria-3: Dapat diukur dengan andal.
PSAK 23 jelas menyebutkan bahwa, pendapatan hanya diakui bila timbul sebagai akibat dari 3 jenis transaksi berikut ini:
1. Penjualan barang – Barang yang dimaksudkan di sini meliputi barang yang diproduksi oleh perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.
2. Penjualan jasa – Biasanya terkait dengan kinerja perusahaan atas tugas yang telah disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. (Catatan: Beberapa kontrak untuk penjualan jasa secara langsung terkait dengan kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa dari manajer proyek dan arsitek, diatur sesuai dengan persyaratan kontrak konstruksi sebagaimana diatur dalam PSAK 34)
3. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain – Yang menimbulkan pendapatan dalam bentuk:
  • bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang kepada perusahaan;
  • royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan
  • dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.
Lebih spesifiknya:
Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi meliputi jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, yang tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan. Jumlah yang ditagih atas nama prinsipal bukan merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan adalah komisi yang diterima.
Dikesempatan lain, saya akan bahas lebih dalam mengenai pengakuan dan pengkuran: (a) pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan barang dagangan, (b) pendapatan yang timbul dari penjualan jasa, serta (c) penjualan yang timbul akibat penggunaan asset perusahaan oleh pihak lain.

Belajar Akuntansi Debet dan Kredit (Memahami Konsep Dengan Ilustrasi)

Belajar Akuntansi Debet dan Kredit (Memahami Konsep Dengan Ilustrasi)

Seringkali kita belajar akuntansi dimulai dari Debet dan Kredit tanpa tahu transaksi apa yang akan di debet dan di kredit, Untuk memahami konsep debet dan kredit sebaiknya dimulai dari ilustrasi transaksi sehari-hari pada diri sendiri.
Untuk memahami konsep debet dan kredit, yang harus kita lakukan adalah :
1. Pertama-tama kita harus mengetahui bahwa transaksi dari akuntansi hanya melibatkan 5 (lima) unsur transaksi, yaitu Aset (harta), Kewajiban (utang), Ekuitas/Modal (capital), Pendapatan dan Biaya/Beban.
Dalam memahami pengertian atau definisi atas kelima unsur transaksi tersebut, cobalah dengan menggunakan pengertian sendiri jika definisi atau pendapat yang dikemukakan dari para ahli dalam teori akuntansi cukup membingungkan. Untuk definisi kelima unsur tersebut, saya coba mendefiniskan secara sederhana definisi dari kelima unsur akuntansi sebagai berikut:
Aset adalah semua kekayaan yang kita miliki, baik yang ada pada diri sendiri maupun tagihan pada pihak lain, aset yang kita miliki dapat berasal dari usaha sendiri ataupun pinjaman dari pihak lain tidak termasuk aset dari sewa
Kewajiban adalah suatu komitmen kita untuk membayar kepada pihak lain sebagai akibat pinjaman yang kita terima
Modal adalah penyertaan atau pemberian dari diri sendiri atau pihak lain untuk memulai usaha atau dalam rangka menambah usaha.
Pendapatan adalah penerimaan atas penyerahan jasa atau barang
Biaya/Beban adalah pengeluaran aset atau aset yang akan dikeluarkan sehubungan dengan jasa yang kita terima atau pengeluaran atas kegiatan usaha yang kita lakukan
2. Tanamkan dalam diri kita bahwa dalam akuntansi, setiap transaksi debet harus diikuti oleh transaksi kredit sebagai lawannya
3. Dengan transaksi yang sederhana buatlah konsep debet dan kredit yang terkait dengan 5 (lima) unsur akuntansi, dengan cara sebagai berikut:
a. Contoh 1: Misalnya terdapat penerimaan uang gaji bulan Januari 2010 sebesar Rp 5.000.000,-
Atas transaksi tersebut, cobalah kita pikirkan apa yang kita terima? dan kenapa kita terima?
Yang kita terima adalah uang (kas) sebesar Rp 5.000.000,-
Kemudian tentukanlah uang termasuk bagian dari apa diantara kelima unsur akuntansi diatas
Dengan menggunakan definisi dari kelima unsur akuntansi diatas, kita dapat simpulkan bahwa uang adalah bagian dari Aset atau Harta.
Setelah itu kita harus mengetahui kenapa kita menerima uang?
Jawabannya adalah: Kita menerima uang, karena kita telah memberikan jasa sehingga kita memperoleh penghasilan, Dengan menggunakan definisi dari kelima unsur akuntansi diatas, kita dapat simpulkan bahwa penghasilan dalam transaksi tersebut masuk kedalam unsur pendapatan.
Dalam contoh transaksi diatas, kita bisa nyatakan bahwa "Aset" mengalami penambahan berupa uang, disisi lain "Pendapatan" juga bertambah karena ada jasa yang kita berikan.
Setelah kita mengetahui unsur akuntansinya Sekarang cobalah kita tentukan Debet dan Kredit atas transaksi diatas.
Dalam transaksi diatas kita sudah mengetahui ada dua unsur yang terlibat yaitu Aset dan Pendapatan, dari kedua unsur tersebut cobalah kita tentukan mana yang debet dan mana yang kredit?
Dalam catatan ini saya akan menentukan untuk debet adalah ASET, dengan demikian yang dicatat sebagai kredit adalah PENDAPATAN
Atas transaksi tersebut kita dapat simpulkan sebagai berikut:
o Aset bertambah dan pendapatan bertambah
o Apabila aset bertambah maka akan dicatat disebelah DEBET
o Apabila Pendapatan bertambah maka akan dicatat disebelah KREDIT
Dengan kesimpulan diatas; mulai sekarang apabila ingin mempelajari konsep debet dan kredit dalam akuntansi, cobalah tanamkan dalam diri kita bahwa apabila Aset Bertambah maka akan dicatat disebelah debet dan apabila berkurang akan dicatat disebelah kredit. Untuk pendapatan; apabila Pendapatan Bertambah akan dicatat disebelah kredit dan apabila berkurang akan dicatat disebelah Debet.
b. Contoh 2: Misalnya kita ingin membeli kendaraan senilai Rp 100.000.000,-, secara kredit.
Dari transaksi tersebut dapat kita bayangkan apa yang kita terima? dan dengan cara apa kita terima?
Yang kita terima adalah kendaraan, dan berdasarkan kelima unsur akuntansi diatas dapat kita simpulkan bahwa kendaraan merupakan bagian dari Aset
Untuk memiliki kendaraan tersebut kita membeli secara kredit, ini artinya bahwa kita mempunyai utang yang harus dibayar. Utang dalam kelima unsur akuntansi diatas masuk dalam kelompok Kewajiban
Dalam contoh transaksi ini, kita bisa nyatakan bahwa "Aset" mengalami penambahan berupa kendaraan, disisi lain "Kewajiban" juga bertambah karena ada utang yang harus dibayar sebagai akibat kredit kendaraan.
Setelah kita mengetahui unsur akuntansinya Sekarang cobalah kita tentukan Debet dan Kredit atas transaksi diatas.
Dalam transaksi diatas kita sudah mengetahui ada dua unsur yang terlibat yaitu Aset dan Kewajiban, dari kedua unsur tersebut cobalah kita tentukan mana yang debet dan mana yang kredit?
Seperti sudah ditentukan pada contoh 1 diatas, bahwa ASET apabila bertambah akan dicatat di sebelah DEBET, dengan demikian kita harus menyepakati bahwa KEWAJIBAN apabila bertambah harus di catat disebelah KREDIT
Atas transaksi ini kita dapat simpulkan sebagai berikut:
o Aset bertambah dan Kewajiban bertambah
o Apabila aset bertambah maka akan dicatat disebelah DEBET
o Apabila Kewajiban bertambah maka akan dicatat disebelah KREDIT
Dengan kesimpulan diatas; mulai sekarang kita sudah mengetahuai apabila Kewajiban Bertambah akan dicatat disebelah kredit dan apabila berkurang akan dicatat disebelah Debet.
c. Contoh 3; misalnya, kita akan membuka usaha dalam bidang rental komputer, modal yang kita punya hanya berupa satu unit komputer seharga Rp 10.000.000,-
Dari transaksi tersebut dapat kita bayangkan apa yang kita punya untuk membuka usaha rental komputer?
Disini dapat kita jelaskan bahwa yang kita punya untuk menjalankan usaha rental komputer adalah sebuah komputer dan berdasarkan kelima unsur akuntansi diatas dapat kita simpulkan bahwa komputer merupakan bagian dari Aset
Seperti sudah dinyatakan diatas bahwa komputer yang dipakai untuk usaha tersebut adalah milik seseorang yang membuka usaha, dengan kata lain komputer tersebut berupa modal
Dalam contoh transaksi ini, kita bisa nyatakan bahwa "Aset" mengalami penambahan berupa komputer, disisi lain "Modal" juga bertambah karena ada tambahan modal dari pemilik berupa komputer.
Setelah kita mengetahui unsur akuntansinya Sekarang cobalah kita tentukan Debet dan Kredit atas transaksi diatas.
Dalam transaksi diatas kita sudah mengetahui ada dua unsur yang terlibat yaitu Aset dan Modal, dari kedua unsur tersebut cobalah kita tentukan mana yang debet dan mana yang kredit?
Seperti sudah ditentukan pada contoh 1 dan contoh 2 diatas, bahwa ASET apabila bertambah akan dicatat di sebelah DEBET, dengan demikian kita harus menyepakati bahwa MODAL apabila bertambah harus di catat disebelah KREDIT
Atas transaksi ini kita dapat simpulkan sebagai berikut:
o Aset bertambah dan Modal bertambah
o Apabila Aset bertambah maka akan dicatat disebelah DEBET
o Apabila Modal bertambah maka akan dicatat disebelah KREDIT
Dengan kesimpulan diatas; mulai sekarang kita sudah mengetahuai apabila Modal Bertambah akan dicatat disebelah kredit dan apabila berkurang akan dicatat disebelah Debet.
d. Contoh 4; misalnya, untuk berangkat kerja kita membutuhkan ongkos untuk angkutan umum, katakanlah sebesar Rp 5.000,- perhari
Dari transaksi ini kita dapat simpulkan bahwa untuk berangkat kerja kita harus mengeluarkan uang untuk ongkos angkutan umum sebesar Rp 5.000,- hal ini berarti apabila kita menggunakan jasa angkutan umum maka ada tambahan beban/biaya yang harus dikeluarkan
Sehubungan ada beban/biaya yang harus kita keluarkan untuk jasa angkutan umum, maka terdapat kas/uang yang harus dikeluarkan sebesar Rp 5.000,-
Dari transaksi ini dapat kita nyatakan bahwa Beban/Biaya akan bertambah sebesar Rp 5.000,- sebagai akibat penggunaan jasa angkutan umum, disisi lain kas/uang akan berkurang sebesar Rp 5.000,- yang digunakan untuk pembayaran jasa angkutan umum
Beban/Biaya jasa angkutan umum masuk kedalam kelompok Beban/Biaya, sedangkan kas/uang masuk kedalam kelompok Aset
Setelah kita mengetahui unsur akuntansinya Sekarang cobalah kita tentukan Debet dan Kredit atas transaksi diatas.
Dalam transaksi diatas kita sudah mengetahui ada dua unsur yang terlibat yaitu Aset dan Beban/Biaya, dari kedua unsur tersebut cobalah kita tentukan mana yang debet dan mana yang kredit?
Seperti sudah diketahui pada contoh 1, contoh 2 dan contoh 3 diatas, bahwa apabila ASET berkurang akan dicatat di sebelah KREDIT, dengan demikian kita harus menyepakati bahwa BEBAN/BIAYA apabila bertambah harus di catat disebelah DEBET
Atas transaksi ini kita dapat simpulkan sebagai berikut:
o Aset berkurang dan Beban/Biaya bertambah
o Apabila Aset berkurang maka akan dicatat disebelah KREDIT
o Apabila Beban/Biaya bertambah maka akan dicatat disebelah DEBET
Dengan kesimpulan diatas; mulai sekarang kita sudah mengetahuai apabila Beban/Biaya Bertambah akan dicatat disebelah DEBET dan apabila berkurang akan dicatat disebelah KREDIT.
Dari ke empat contoh transaksi akuntansi diatas dapat diambil kesimpulan secara umum sebagai berikut:
- ASET apabila bertambah akan dicatat disebelah Debet dan apabila berkurang akan dicatat disebelah kredit
- PENDAPATAN apabila bertambah akan dicatat disebelah Kredit dan apabila berkurang akan dicatat disebelah Debet
- KEWAJIBAN apabila bertambah akan dicatat disebelah Kredit dan apabila berkurang akan dicatat disebelah Debet
- MODAL apabila bertambah akan dicatat disebelah Kredit dan apabila berkurang akan dicatat disebelah Debet
- BEBAN/BIAYA apabila bertambah akan dicatat disebelah Debet dasn apabila berkurang akan dicatat disebelah Kredit
Demikian Catatan dari Saya untuk konsep Debet dan Kredit dalam Akuntansi
Penulis,

Management Accounting - bank bjb - 'K N"

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons